“TERINGATNYA”
Ketika berkunjung ke Medan atau
Sumatera Utara, banyak istilah kata yang tidak ditemukan di daerah lain, dalam
istilah orang Medan, ada kata yang sering diucapkan ketika bertanya tentang
sesuatu, kata “teringatnya”, kata ini sering diucapkan mengikuti kalimat
yang ditanya, seperti kalimat “Teringatnya, sudah berapa lama kita tidak
bertemu?”, jadi arti “teringatnya” bisa diartikan
ngomong-ngomong, yang tujuannya membuat ingatan kita menjadi ingat sesuatu
tanpa dipaksa karena diberi peringatan terlebih dahulu.
Kata “teringatnya” ini memang seperti
basa basi tapi memberi kesan tutur kata yang sopan santun di daerah kami,
seperti kata “please” yang dipakai sebagai bentuk permintaan dalam bahasa
Inggris, dalam pengucapannya juga ada kata penekanan dalam kata “Teringatnya”,
seperti permohonan untuk mengingat kembali peristiwa yang telah berlalu.
Bertanya membutuhkan kemampuan
berpikir kritis dalam berinteraksi sosial, begitu juga dengan menjawab tentu
membutuhkan kemampuan mengingat yang kuat, tetapi karena kemampuan mengingat
kita terbatas, sering kali informasi yang disampaikan tidak sampai secara utuh
sehingga menjadi berita bohong, untuk itu dibutuhkan informasi tertulis sebagai
data pendukung informasi yang ingin kita sampaikan. @JNE
Jadi teringat saya buku pelajaran di
sekolah yang seperti dipaksa untuk diingat sehingga kita sulit mengingatnya,
berbeda kalau baca buku cerita atau novel yang terkadang baru sekali kita baca
bisa ingat jalan ceritanya, tetapi kita lihat sekarang minat baca sudah sangat
berkurang, banyak generasi kita jarang yang senang membaca, kalau ada novel
yang terbit sampai cetakan ke-25 pun masih menunggu hingga novel dibuat versi
film dan berlomba untuk bisa membeli tiket perdana, budaya baca hilang ketika
tontonan semakin banyak, buyarlah bayangan kita tentang Wiro Sableng ketika
sosok Wiro yang ditampilkan di layar kaca atau layar lebar tidak sesuai dengan
bayangan yang ada dalam pikiran kita.
Secara
kebetulan saya bekerja di Perpustakaan, saya melihat beberapa novel yang telah
dijadikan film sudah kurang peminat bacanya dibandingkan sebelum novel itu
dijadikan film, tontonan sering dijadikan referensi yang tidak melibatkan
imajinasi tetapi cenderung berhalusinasi. @JNE