Pages

Jumat, 04 November 2016

WARISAN (BECAK SIANTAR) YANG TERBUANG


Becak Siantar
Ada hal menarik ketika saya masih anak-anak, pulang libur panjang sekolah dari tapanuli selatan, biasanya naik bus atau menumpang truk saudara yg akan berangkat ke medan, ketika bus atau truk yg saya tumpangi telah mendekati kota pematangsiantar, pertama yg mudah untuk dilihat adalah becak siantar, kalau sudah terlihat dan mendengar suara becak tersebut senang berada di kampung halaman terasa menyenangkan, kegembiraan tersebut berlanjut setiap saya pulang dari luar kota.

Tapi perlahan dan hampir pasti warisan tersebut mulai terbuang, sedikit demi sedikit jumlah becak siantar yang menggunakan motor BSA semakin berkurang, tergantikan dengan kenderaan motor yg cc nya lebih kecil produksi terbaru, dulu masih ada organisasi becak yang membina dan menjaga kelesatarian becak siantar, seperti Gabemas, Gabebsi dan BOM’S, tapi sekarang hanya BOM’S yang masih aktif.

Pematangsiantar memiliki jumlah BSA terbanyak di dunia, Negara Inggris tempat produksi becak tersebut saja BSA sudah menjadi barang langka, walaupun sparepart BSA yang diproduksi sekitar tahun 1940 – 1960 ini sulit dicari tapi para pemilik becak berusaha berkreasi dengan sparepart rakitan, setahu saya dulu bengkel becak yang cukup dikenal di kota ini terletak di Jalan Tombang, tapi sekarang pemiliknya sudah mengalihkan tempat usahanya sebagai tempat parkiran kenderaan bermotor anak-anak sekolah dan bengkel las.

Ada cerita menarik dari anak pemilik bengkel ketika dia bercerita kepada saya pada tahun 2007, ketika tahun 1995 dia pernah mencoba mendata jumlah becak BSA yang ada di Pematangsiantar dan hasilnya sungguh mencengangkan ada sekitar 5000 becak BSA yang beroperasi ataupun tidak beroperasi membawa penumpang di kota ini, ketika tahun 2007 tersebut Pemko Pematangsiantar melaksanakan pendataan untuk pengecatan becak dan pemutihan surat-surat kendaraan yang telah habis masa berlakunya, tetapi kuotanya terbatas hanya bisa terlaksana untuk 800 becak, dan ketika itu lebih dari 800 becak yang mendaftar, jadi diperkirakan jumlah becak pada saat itu termasuk yang tidak mendaftar sekitar 1500 becak, jadi ada 30% berkurang jumlah Becak BSA selama 12 tahun atau 2,5% selama setiap tahun, itu 9 tahun yang lalu bagaimana dengan sekarang di tahun 2016 ini, kalau dilihat di pangkalan becak dan yang beroperasi di jalan jumlah Becak Siantar yang menggunakan BSA dan yang bukan BSA sudah lebih banyak yang bukan BSA, hal ini mungkin karena para pemilik BSA tergiur dengan tawaran dari luar kota dengan harga jual 40 juta s/d 60 juta rupiah, bahkan kalau sudah keluar dari dari sumatera utara atau di luar pulau sumatera becak ini bisa terjual dengan harga yang lumayan tinggi sekitar 80 juta s/d 150 juta rupiah.

Walaupun Pemerintah Kota dan DPRDnya belum membentuk Perda Perlindungan Cagar Budaya untuk melestarikan Becak BSA, tapi masih ada yang peduli untuk melestarikan becak BSA, Ketua BOM’S H.Kusuma Erizal Ginting,SH MBA berusaha keras agar BSA tetap lestari dan menjadi simbol kota Pematangsiantar, beliau membeli beberapa becak BSA agar tidak dibeli oleh pembeli dari luar kota, dan sekarang Pemerintah Kota Pematangsiantar bekerjasama dengan BOM’S telah membangun Tugu Becak Siantar di Jalan Merdeka No.01 Pematangsiantar tepatnya di areal Lapangan Parkir Bus Pariwisata Kota Pematangsiantar.
 
Tugu Becak Siantar
Semoga kenangan masa kecil merasakan kegembiraan melihat becak siantar ketika pulang dari luar kota dapat juga dirasakan oleh anak-anak cucu kita kelak, tidak hanya melihat kenangan dari Tugu Becak Siantar saja.

“sekian”


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.