Becak Siantar |
Ada hal
menarik ketika saya masih anak-anak, pulang libur panjang sekolah dari tapanuli
selatan, biasanya naik bus atau menumpang truk saudara yg akan berangkat ke
medan, ketika bus atau truk yg saya tumpangi telah mendekati kota
pematangsiantar, pertama yg mudah untuk dilihat adalah becak siantar, kalau
sudah terlihat dan mendengar suara becak tersebut senang berada di kampung
halaman terasa menyenangkan, kegembiraan tersebut berlanjut setiap saya pulang
dari luar kota.
Tapi perlahan
dan hampir pasti warisan tersebut mulai terbuang, sedikit demi sedikit jumlah
becak siantar yang menggunakan motor BSA semakin berkurang, tergantikan dengan
kenderaan motor yg cc nya lebih kecil produksi terbaru, dulu masih ada organisasi
becak yang membina dan menjaga kelesatarian becak siantar, seperti Gabemas,
Gabebsi dan BOM’S, tapi sekarang hanya BOM’S yang masih aktif.
Pematangsiantar
memiliki jumlah BSA terbanyak di dunia, Negara Inggris tempat produksi becak
tersebut saja BSA sudah menjadi barang langka, walaupun sparepart BSA yang
diproduksi sekitar tahun 1940 – 1960 ini sulit dicari tapi para pemilik becak
berusaha berkreasi dengan sparepart rakitan, setahu saya dulu bengkel becak
yang cukup dikenal di kota ini terletak di Jalan Tombang, tapi sekarang
pemiliknya sudah mengalihkan tempat usahanya sebagai tempat parkiran kenderaan
bermotor anak-anak sekolah dan bengkel las.
Ada cerita
menarik dari anak pemilik bengkel ketika dia bercerita kepada saya pada tahun
2007, ketika tahun 1995 dia pernah mencoba mendata jumlah becak BSA yang ada
di Pematangsiantar dan hasilnya sungguh mencengangkan ada sekitar 5000 becak
BSA yang beroperasi ataupun tidak beroperasi membawa penumpang di kota ini,
ketika tahun 2007 tersebut Pemko Pematangsiantar melaksanakan pendataan untuk
pengecatan becak dan pemutihan surat-surat kendaraan yang telah habis masa
berlakunya, tetapi kuotanya terbatas hanya bisa terlaksana untuk 800 becak, dan
ketika itu lebih dari 800 becak yang mendaftar, jadi diperkirakan jumlah becak
pada saat itu termasuk yang tidak mendaftar sekitar 1500 becak, jadi ada 30%
berkurang jumlah Becak BSA selama 12 tahun atau 2,5% selama setiap tahun, itu 9
tahun yang lalu bagaimana dengan sekarang di tahun 2016 ini, kalau dilihat di
pangkalan becak dan yang beroperasi di jalan jumlah Becak Siantar yang
menggunakan BSA dan yang bukan BSA sudah lebih banyak yang bukan BSA, hal ini
mungkin karena para pemilik BSA tergiur dengan tawaran dari luar kota dengan
harga jual 40 juta s/d 60 juta rupiah, bahkan kalau sudah keluar dari dari
sumatera utara atau di luar pulau sumatera becak ini bisa terjual dengan harga
yang lumayan tinggi sekitar 80 juta s/d 150 juta rupiah.
Walaupun
Pemerintah Kota dan DPRDnya belum membentuk Perda Perlindungan Cagar Budaya
untuk melestarikan Becak BSA, tapi masih ada yang peduli untuk melestarikan
becak BSA, Ketua BOM’S H.Kusuma Erizal Ginting,SH MBA berusaha keras agar BSA
tetap lestari dan menjadi simbol kota Pematangsiantar, beliau membeli beberapa
becak BSA agar tidak dibeli oleh pembeli dari luar kota, dan sekarang Pemerintah
Kota Pematangsiantar bekerjasama dengan BOM’S telah membangun Tugu Becak
Siantar di Jalan Merdeka No.01 Pematangsiantar tepatnya di areal Lapangan
Parkir Bus Pariwisata Kota Pematangsiantar.
Semoga
kenangan masa kecil merasakan kegembiraan melihat becak siantar ketika pulang
dari luar kota dapat juga dirasakan oleh anak-anak cucu kita kelak, tidak hanya
melihat kenangan dari Tugu Becak Siantar saja.
“sekian”